Atlantis itu Indonesia? Ah masa sih,
ga percaya.
Pertanyaan dan pernyataan seperti itu
cukup banyak bermunculan di masyarakat. Walaupun memang tidak sebuming berita
korupsi atau pemilihan presiden di Indonesia tahun 2014 ini. Atau seheboh
histeria para penggemar Justin Bieber akan kedatangannya ke Indonesia.
Hei kawan, mari kita menggali Informasi tentang apa yang ada dalam tanah
air kita ini. Yuk, kenali bangsa kita sendiri!
Pendapat tentang Benua Atlantis yang
hilang adalah Indonesia sudah banyak dikemukakan oleh beberapa tokoh terkenal
seperti KH Fahmi Basya dengan berbagai judul bukunya, salah satunya adalah
Matematika Islam 3. Atau ada juga Prof. Arysio Santos dengan salah satu buku
terkenalnya yang berjudul Atlantis : The Lost Continent Finally Found.
Dalam buku KH Fahmi Basya, Matematika Islam 3 (Republika, 2009), ia
menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai
peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan
Ratu Saba disebutkan dalam surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya
[21]: 78-81, dan lainnya.
Menurut Fahmi Basya, dan seperti
yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa
simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba,
sebagaimana keterangan Alquran.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang.
"Dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang
beriman'." (QS Al-Baqarah [2]: 248).
Kedua, pekerjaan jin yang tidak
selesai ketika mengetahui Sulaiman telah wafat. (QS Saba [34]: 14). Saat
mengetahui Sulaiman wafat, para jin pun menghentikan pekerjaannya. Di
Borobudur, terdapat patung yang belum tuntas diselesaikan. Patung itu disebut
dengan Unfinished Solomon.
Ketiga, para jin diperintahkan
membangun gedung yang tinggi dan membuat patung-patung. (QS Saba [34]: 13).
Seperti diketahui, banyak patung Buddha yang ada di Borobudur. Sedangkan gedung
atau bangunan yang tinggi itu adalah Candi Prambanan.
Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.
Keempat, Sulaiman berbicara dengan burung-burung dan hewan-hewan. (QS An-Naml [27]: 20-22). Reliefnya juga ada. Bahkan, sejumlah frame relief Borobudur bermotifkan bunga dan burung. Terdapat pula sejumlah relief hewan lain, seperti gajah, kuda, babi, anjing, monyet, dan lainnya.
Kelima, kisah Ratu Saba dan
rakyatnya yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. (QS
An-Naml [27]: 22). Menurut Fahmi Basya, Saba artinya berkumpul atau tempat
berkumpul. Ungkapan burung Hud-hud tentang Saba, karena burung tidak mengetahui
nama daerah itu. "Jangankan burung, manusia saja ketika berada di atas
pesawat, tidak akan tahu nama sebuah kota atau negeri," katanya
menjelaskan. Ditambahkan Fahmi Basya, tempat berkumpulnya manusia itu adalah di
Candi Ratu Boko yang terletak sekitar 36 kilometer dari Borobudur. Jarak ini
juga memungkinkan burung menempuh perjalanan dalam sekali terbang.
Keenam, Saba ada di Indonesia,
yakni Wonosobo. Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak.
(QS Saba [34]: 15). Dalam kamus bahasa Jawi Kuno, yang disusun oleh Dr Maharsi,
kata 'Wana' bermakna hutan. Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah
hutan Saba.
Ketujuh, buah 'maja' yang pahit.
Ketika banjir besar (Sail al-Arim) menimpa wilayah Saba, pepohonan yang ada di
sekitarnya menjadi pahit sebagai azab Allah kepada orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat-Nya. "Tetapi, mereka berpaling maka Kami datangkan kepada mereka
banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon
Sidr." (QS Saba [34]: 16).
Kedelapan, nama Sulaiman
menunjukkan sebagai nama orang Jawa. Awalan kata 'su'merupakan nama-nama Jawa.
Dan, Sulaiman adalah satu-satunya nabi dan rasul yang 25 orang, yang namanya
berawalan 'Su'. Kesembilan, Sulaiman berkirim surat kepada Ratu Saba melalui
burung Hud-hud. "Pergilah kamu dengan membawa suratku ini." (QS
An-Naml [27]: 28). Menurut Fahmi, surat itu ditulis di atas pelat emas sebagai
bentuk kekayaan Nabi Sulaiman. Ditambahkannya, surat itu ditemukan di sebuah
kolam di Candi Ratu Boko.
Kesepuluh, bangunan yang tinggal
sedikit (Sidrin qalil). Lihat surah Saba [34] 16). Bangunan yang tinggal
sedikit itu adalah wilayah Candi Ratu Boko. Dan di sana terdapat sejumlah stupa
yang tinggal sedikit. "Ini membuktikan bahwa Istana Ratu Boko adalah
istana Ratu Saba yang dipindahkan atas perintah Sulaiman," kata Fahmi
menegaskan.
Selain bukti-bukti di atas, kata
Fahmi, masih banyak lagi bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kisah Ratu Saba
dan Sulaiman terjadi di Indonesia. Seperti terjadinya angin Muson yang bertiup
dari Asia dan Australia (QS Saba [34]: 12), kisah istana yang hilang atau
dipindahkan, dialog Ratu Bilqis dengan para pembesarnya ketika menerima surat
Sulaiman (QS An-Naml [27]: 32), nama Kabupaten Sleman, Kecamatan Salaman, Desa
Salam, dan lainnya. Dengan bukti-bukti di atas, Fahmi Basya meyakini bahwa
Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman.
Selain itu juga ada Prof. Arysio Santos yang mengemukakan
pendapatnya dalam sebuah buku. Secara tegas
dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun
yang lalu itu adalah di Indonesia !
Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu
adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang
sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam
ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari para
Dewa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus
pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai
oleh bangsa Atlantis itu. Pencarian dilakukan di samudera Atlantik, Laut
Tengah, Caribea, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada
hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu
hanyalah negeri dongeng semata.
Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa
Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi
yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia , katanya. Dia mengatakan
bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama kurang lebih
30 tahun terakhir ini. Ilmu yang
digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi,
Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative
Mythology.
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.
Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.
Posisi Indonesia terletak pada 3
lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi
mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina
yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh
Santos , yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung
Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang
disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung
Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan
ledakan dahsyat gunung Krakatau , yang memusnahkan seluruh gunung itu
sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya
memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami
dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi
dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara
Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan.
Abu hasil letusan gunung
Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh
bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es
Pleistocene) . Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat
adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap
oleh lapisan abu tersebut. Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian
meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk
Indonesia .
Banjir akibat tsunami dan
lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas
dataran rendah Indonesia . Dataran rendah di Indonesia tenggelam
dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak
gunung berapi.
Tekanan air yang besar ini
menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang
selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa
bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara
dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang
bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman
Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat
Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari
pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di
katulistiwa. Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang
itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi
satu…” Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah
dengan luas Laut China Selatan.
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain. Santos telah menduga hal ini lebih dari 20 tahunan yang lalu sewaktu dia mencermati tradisi-tradisi suci dari Junani, Roma, Mesir, Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha, dan Judeo-Christian.
Walau dikisahkan dalam bahasa
mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang
merujuk ke hal atau kejadian yang sama. Santos menyimpulkan bahwa penduduk
Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah
Aryan dan Dravidas. Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3
juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur
sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka
menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan
pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi
pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah
surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal
berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat
produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan
liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini!
Ketika bencana yang diceritakan
diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk
Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China,
Polynesia, dan Amerika. Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula
pindah dan menetap di lembah Indus. Karena glacier Himalaya juga mencair dan
menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir,
Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara. Di tempat-tempat
baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang
merupakan akar budaya mereka. Catatan terbaik dari tenggelamnya benua
Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah
seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris
dari budaya yang tenggelam tersebut.
Suku Dravidas yang berkulit lebih
gelap tetap tinggal di Indonesia . Migrasi besar-besaran ini dapat
menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti
pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah
bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic
Revolution. Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida.
Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan
semantik.
Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia .
Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia .
Dari Indonesialah lahir
bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus,
Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan
lain-lain.
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule , Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain. Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia .
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule , Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain. Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia .
Bukti-bukti yang menguatkan
Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya
disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai
‘Checklist’ . Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat
dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia,
teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian
orang-orang luar ke Indonesia.
Walaupun banyak yang mendukung pendapat ini, akan tetapi banyak juga yang membantahnya. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa pembuatan candi Borobudur pada masa itu bukan merupakan hal yang mustahil, dan lain-lain. Walaupun masih ada yang belum meyakininya, informasi ini setidaknya bisa membuat kita, sebagai bangsa Indonesia, untuk merasa bangga dengan adanya penemuan-penemuan seperti itu. Setidaknya kita harus menyadari bahwa kita ini merupakan bangsa yang besar.
Kita memiliki budaya yang tak terhitung jumlahnya, sumber daya alam yang begitu melimpah, peradaban dan sejarah bangsa yang tak bisa begitu saja dilupakan. Kawan, semua ini tidak bisa begitu saja diabaikan, tidak bisa begitu saja ditelantarkan, tidak bisa begitu saja disia-siakan. Maka dari itu, sebagai pemuda-pemudi yang merasa bertanggung jawab atas ini semua, marilah kita bangkit dari keterpurukan, mengangkat kehormatan bangsa.
Dengan apa kawan? Belajar. Yuk, kita menggali ilmu sedalam-dalamnya, menggapai asa setinggi-tingginya. Tak lupa kita aplikasikan ilmu itu untuk tanah ini, menjadikan diri sebagai orang yang bermanfaat di segala tempat. Bukan hanya menjadi orang yang hanya bisa menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna sebagaimana mereka melempar jauh kesempatan-kesempatan emas yang bisa mereka dapatkan. Bukan hanya menjadi orang yang bisanya menulitkan, merugikan, dan membebani orang lain. Tetapi orang yang bisa membantu, menolong, dan meringankan orang lain, khususnya menyelamatkan bangsa ini.